H. Akbar
Ketua Yayasan Arrafiiyah
Bismillaahirrahmaanirrahiiim.
Suatu sore ana pernah melihat segerombolan muda-mudi, yang terdiri dari satu orang pria yang dikelilingi oleh para wanita.
Saat
itu terlihat pria yang seorang diri itu seperti sedang dirayu oleh para
wanita tersebut. Ana jadi ingat salah satu dari tujuh golongan yang
dijamin Allah masuk surga ialah Seorang lelaki yang dirayu oleh seorang
wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya
seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’, tapi ana rasa adakah kisah
seperti itu pada zaman ini setelah kisah nabi Yusuf yang mulia?
Kisah
nabi Yusuf itu sungguh menakjubkan. Seorang pria shalih yang menolak
dengan tegas seorang wanita cantik jelita yaitu Zulaikha. Ana
benar-benar kagum. Dan kekaguman ana semakin bertambah, ketika ana
membaca sebuah kisah yang tak kalah mengagumkan dengan kisahnya nabi
Yusuf yang mulia. Kisahnya seperti ini,
Diceritakan Sulaiman ibn
Yasar, demikian Al-Ghazali mengisahkan dalam Al-Ihya’, adalah seorang
laki-laki yang dikenali paling tampan di zamannya. Satu waktu, bersama
sahabatnya, dia berangkat menunaikan haji ke Mekah, di kota kecil
bernama Abwa, tempat makam ibunda Sang Nabi berada, mereka beristirahat.
Setelah
selesai makan, sang kawan meminta izin pergi berbelanja beberapa bekal
perjalanan. Sulaiman ibn Yasar duduk sendiri di kemahnya. Dari kejauhan,
seorang perempuan Badui yang cantik memperhatikannya. Wanita itu begitu
terpesona pada paras Sulaiman. Dia turun dari ketinggian dan
menghampiri kemah itu, lalu meminta izin masuk.
“Apa keperluanmu?” Tanya Sulaiman sembari menahan pandangan pada wanita cantik itu.
“Senangkanlah aku!” jawabnya.
Sulaiman
pun membuka bekal makanannya dan menyerahkan semua makanan yang tersisa
pada wanita itu. Dia mengira itulah yang dikehendaki sang perempuan
gurun.
“Aku tidak menghendaki makanan,” ujar si Perempuan gurun
sambil tersenyum. “Aku menginginkan apa yang biasa dilakukan seorang
suami kepada istrinya.”
“Jadi Iblis yang telah mengutusmu padaku!” teriak Sulaiman.
Dia
meletakkan wajah di antara kedua lututnya kemudian menjerit
meraung-raung. Tangisnya begitu keras dan pilu. Perempuan gurun itu
terkejut dan ketakutan dibuatnya. Dia berlari dan kembali kepada
keluarganya.
Tak lama kemudian sang kawan pulang. Didapatinya mata Sulaiman merah sembab dan dia masih terisak-isak.
“Ada apa denganmu, demi Allah?’ Tanya kawannya itu.
Sulaiman
pun menjelaskan kejadiannya dan mengisahkan kedatangan wanita Badui
yang cantik itu. Mendengar cerita Sulaiman, kini sang kawan yang
menangis keras-keras. Dia menutupkan kedua tangan ke wajahnya.
“Hei, mengapa kini engkau yang menangis?”
“Demi
Allah, wahai Sulaiman,” ujarnya disela senggugu, “Aku lebih pantas
menangis daripada dirimu. Aku sangat takut sekiranya aku yang diuji
Allah dengan cara demikian. Aku khawatir jika aku yang mengalami
kejadian ini, dan aku takkan mampu menahan hawa nafsuku sebagaimana yang
kau lakukan.”
Mereka pun bertangisan.
Setibanya di Mekah,
Sulaiman ibn Yasar melakukan thawaf, sa’i, dan menyelesaikan umrahnya.
Setelah itu dia pun menghampiri Hijr Isma’il dan duduk berselonjor
hingga dipagut kantuk. Dia tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi, dia
melihat dirinya didatangi oleh seorang lelaki yang tinggi, tegap, dan
sangat tampan. Bau tubuhnya begitu harum dan semerbak mewangi.
“Semoga Allah menyayangimu, siapakah engkau?”
“Aku adalah Yusuf,” kata sosok itu.
“Yusuf As-shiddiq? Nabi yang sangat setia?”
“Benar,” beliau mengangguk.
“Demi Allah, dalam peristiwa antara engkau dan istri pejabat negeri Mesir itu adalah hal yang menakjubkan.”
Nabi Yusuf tersenyum. “Bahkan,” kata beliau ‘Alaihis Salaam pada Sulaiman ibn Yasar,
“Kejadian antara engkau dan wanita Abwa itu jauh lebih mengagumkan.”
***
Subhanallah.
Mengapa
Nabi Yusuf berkata demikian? Mungkin karena Sulaiman ibn Yasar bukanlah
seorang Rasul seperti dia yang diberikan keistimewaan-keistimewaan oleh
Allah.
Sanggupkah kita seperti mereka? Bersama bimbingan-Nya,
Jawabannya Ya. Bukankah orang-orang di atas ialah orang-orang yang hidup
di masa kekhalifahan, akan lebih menakjubkan lagi jika kita yang hidup
di zaman yang jauh dari masa-masa kenabian ini, tetapi kita menjaga hawa
nafsu serta berusaha menjadi golongan yang dijamin masuk surga
tersebut.
Dan jangan heran jika kisah kita akan jauh lebih
mengesankan, jika kita dapat berpegang teguh melawan nafsu kita, menjadi
pemuda-pemudi yang tegas menolak ancaman godaan arus zaman atas izin
Allah… Semoga.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar