Aneh bin ajaib, manakala ayat kauniyah (ayat yang berbicara tentang
alam dan isinya) disebut dalam jumlah yang cukup besar di dalam
Al-Qur’an -membuktikan kedudukannya yang penting untuk di tela’ah-,
ternyata tidak menarik perhatian umat Islam sendiri untuk mengkajinya
lebih serius. Bagaimana mungkin kita sibuk berdebat tentang rukun
wudhu’, puasa, hukum pidana, yang ayatnya sedikit, tapi membisu ketika
berhadapan dengan ayat kauniyah.
Menurut Agus Purwanto
dalam bukunya Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al- Qur’an yang Terlupakan, Mizan,
Bandung, 2008, jumlah ayat kauniyah ada 800 ayat. Sementara menurut
Syeikh Tantawi, ayat kauniyah berjumlah 750 ayat. Tidak kalah menariknya
adalah, dari 114 surah Al-Qur’an hanya 15 surat yang tidak ada ayat
kauniyahnya.
Jika 99 surat (114-15) di dalam Al-Qur’an
memuat ayat-ayat kauniyah, bukankah hal ini menunjukkan pentingnya ayat
kauniyah bagi kehidupan umat Islam. Agaknya kita bisa memahami, mengapa
sewaktu Nabi Muhammad SAW membaca surat Ali-Imran ayat 190-191 pada
shalat shubuh, beliau menangis tersedu-sedu. Kondisi kita sekarang
inilah yang membuatnya menangis, ketika ayat kauniyah tidak menjadi
perhatian umat Islam.
Oleh sebab itu, sudah saatnya
jika para ilmuwan muslim kembali menggali ayat- ayat kauniyah, melakukan
penelitian guna menyingkap mukjizat sains dalam Al-Qur’an. Pendidikan
kita sejak tingkat yang paling dasar sampai pendidikan tinggi harus
mampu mengintegralkan penafsiran ilmiah Al- Qur’an dengan mata pelajaran
(mata kuliah) yang memiliki keterkaitan, misalnya fisika, biologi,
sejarah dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu, melalui Al-Qur’an mereka
terdorong untuk melakukan penelitian-penelitian terhadap fenomena alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar