Kecemburuan yang terjadi di antara para istri
Rasulullah wajar terjadi. Beliau telah memberi tempat dan kedudukan
kepada istri-istrinya sedemikian rupa, suatu hal yang tidak pernah
dikenal di kalangan Arab.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa
Umar bin Khathab pernah berkata, "Sungguh, kalau kami dalam zaman
jahiliyah, wanita-wanita tidak lagi kami hargai. Kami menghargai mereka
setelah Allah memberikan ketentuan tentang mereka dan memberikan pula
hak kepada mereka."
Suatu ketika, saat Umar sedang dalam suatu urusan tiba-tiba istrinya berkata, "Coba kau berbuat begini atau begitu."
"Ada urusan apa engkau di sini, dan perlu apa engkau dengan urusanku!" kata Umar dengan nada tinggi.
Istrinya
membalas, "Aneh sekali engkau, Umar. Engkau tidak mau ditentang,
padahal putrimu menentang Rasulullah SAW sehingga beliau gusar sepanjang
hari."
Umar kemudian mengambil mantelnya, lalu keluar menemui
putrinya, Hafshah. "Anakku," kata Umar, "Engkau menentang Rasulullah SAW
sampai beliau merasa gusar sepanjang hari?"
Hafshah menjawab, "Memang kami menentangnya."
"Engkau
harus tahu, anakku. Kuperingatkan engkau, jangan terpedaya. Orang telah
terpesona oleh kecantikannya sendiri dan mengira cinta Rasulullah SAW
hanya karenanya."
Kemudian Umar pergi menemui Ummu Salamah,
karena mereka masih berkerabat. Dia ingin membicarakan masalah Hafshah.
Ummu Salamah berkata, "Aneh sekali engkau, Umar! Engkau sudah ikut
campur dalam segala hal, sampai-sampai mau mencampuri urusan Rasulullah
SAW dan rumah tangganya!'
Umar tak mampu berkata-kata. Ia pun kemudian pergi.
Muslim
dalam Shahih-nya menyebutkan bahwa Abu Bakar pernah meminta izin kepada
Nabi akan menemuinya dan setelah diizinkan ia pun masuk, kemudian
datang Umar meminta izin dan masuk pula setelah diberi izin.
Mereka
menjumpai Nabi SAW sedang duduk dalam keadaan masygul di tengah-tengah
para istrinya yang juga sedang masygul dan diam. Ketika itu Umar
berkata, "Saya akan mengatakan sesuatu yang akan membuat Nabi SAW
tertawa." Lalu kata Umar, "Wahai Rasulullah, jika engkau melihat Binti
Kharijah—istri Umar—meminta uang belanja kepadaku, maka aku bangun dan
meninju lehernya."
Maka Rasulullah pun tertawa, seraya berkata, "Mereka itu sekarang di sekelilingku meminta uang belanja!"
Ketika
itu Abu Bakar lalu menghampiri Aisyah dan meninju lehernya, demikian
juga Umar, ia menghampiri Hafshah dan meninjunya, sambil berkata,
"Kalian meminta sesuatu yang tidak ada pada Rasulullah SAW!"
Mereka pun menjawab: "Demi Allah, kami sama sekali tidak minta kepada Rasullullah, sesuatu yang tidak dipunyainya."
Sebenarnya,
Abu Bakar dan Umar waktu itu menemui Nabi, karena beliau tidak tampak
keluar waktu shalat. Karena itu kaum Muslimin bertanya-tanya, ada apa
gerangan yang menghalangi.
Dalam peristiwa Abu Bakar dan Umar dengan Aisyah dan Hafshah inilah turun firman Allah: "Hai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: "Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu
mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu
sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta
(kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi
siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar." (QS Al-Ahzab: 28-29)
Nabi
telah memberi kedudukan kepada istri-istrinya, sedang sebelum
itu—seperti wanita-wanita Arab lainnya—mereka tidak pernah mendapat
penghargaan orang. Jadi wajar jika sikap mereka kini agak
berlebih-lebihan dalam menggunakan kebebasan, suatu hal yang tidak
pernah dialami oleh sesama kaum wanita.
Sampai-sampai ada di
antara mereka yang menentang Nabi dan membuat Nabi gusar sepanjang hari.
Beliau sudah berusaha menghindarkan diri dari mereka, meninggalkan
mereka, supaya kasih sayang beliau kepada mereka tidak sampai membuat
tingkah laku mereka tambah melampaui batas. Bahkan ada dari mereka yang
mengeluarkan rasa cemburunya dengan cara yang tidak layak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar