Ketika Rasul SAW berjalan bersama Anas ra, tiba-tiba ada seorang Badui
mengejar dan serta merta menarik serbannya dengan keras. Anas berkata,
"Aku melihat bekas tarikan serban kasar itu pada leher Rasul." Lalu
Badui berkata, "Wahai Muhammad, berilah aku dari harta Allah yang ada
padamu."
Rasul menoleh sambil tersenyum lalu memerintahkan
sahabat agar memberikan harta cukup banyak kepadanya. Sikap Nabi ini
menggambarkan betapa hebatnya kemampuan beliau dalam mengendalikan
emosi. Beliau disakiti, dihinakan di depan orang, dan dimintai sedekah
secara paksa, tetapi beliau tidak marah.
Kemarahan adalah
ketegangan jiwa yang muncul akibat penolakan terhadap apa yang tidak
diinginkan, atau bersikukuh dengan pendapat tertentu tanpa melihat
kesalahan atau kebenarannya.
Secara psikologis dan medis,
kemarahan merupakan suatu sikap emosional yang berdampak negatif pada
jantung. Saat marah, terjadi perubahan fisiologis seperti meningkatnya
hormon adrenalin yang akan memengaruhi kecepatan detak jantung dan
menambah penggunaan oksigen. Kemarahan akan memaksa jantung memompakan
darah lebih banyak sehinga bisa mengakibatkan tingginya tekanan darah.
Akibatnya bisa fatal bila pemarah tersebut memiliki penyakit darah
tinggi atau jantung.
Hasil penelitian modern menyimpulkan bahwa
kemarahan berulang-ulang bisa memperpendek umur karena diserang
berbagai penyakit kejiwaan dan penyakit jasmani. Di sini letak
urgensinya larangan marah. Ketika seorang laki-laki datang kepada Rasul
SAW lalu berkata, "Berilah aku nasihat." Rasul bersabda, "Jangan
marah." Lelaki itu mengulangi permintaannya beberapa kali, tetapi
beliau tetap menjawab, "Jangan marah." (HR al-Bukhari).
Dampak
kemarahan akan semakin parah saat dalam keadaan berdiri, karena semua
urat dan otot mengencang sehingga meningkatkan jumlah hormon adrenalin.
Keadaan seperti ini bisa mengakibatkan penyakit kanker. Berbeda kalau
dia duduk, maka adrenalin akan menurun.
Dan, apabila mengingat
Allah lalu berlindung kepada-Nya dari kejahatan setan maka akan
menghasilkan ketenteraman hati secara signifikan. "Bila salah seorang
dari kamu marah dalam keadan berdiri hendalah duduk, bila kemarahan
masih belum hilang hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).
Dalam
ilmu jiwa, akar dari emosi adalah ketidakpuasan terhadap sesuatu. Saat
berlindung kepada Allah dari setan berarti dia mengakui bahwa emosi
adalah perbuatan setan, dan emosi bisa dihalau dengan cara meyakini
bahwa kebaikan dan keburukan semua datang dari Allah dan dia harus
selalu rida dengan ketentuan-Nya.
Saat Rasul SAW melihat seorang
sedang marah besar beliau bersabda, "Aku akan ajarkan kalimat-kalimat
kalau dia membacanya akan hilang kemarahannya. Kalau dia mengucapkan
A'udzubillahi min as syaithoni ar rajiim pasti akan hilang amarahnya."
(HR Bukhari dan Muslim).
Belakangan ini sering terjadi kerusuhan,
tawuran, dan tindakan anarkis. Sudah pasti hal itu diawali emosi yang
tidak terkendali. Orang kuat dalam Islam adalah orang yang mampu
mengendalikan amarahnya. Agar tidak marah kita harus mengingat Allah
yang selalu mengawasi kita dan bersikap toleran. Obat manjur ketegangan
jiwa adalah sikap toleran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar